Kedamaian dari Saya
Membaca buku-buku motivasi dan pengembangan diri rupanya membawa saya kepada pemahaman lebih terhadap ibadah ritual. Hanya dengan ‘menjalankan’ sedikit ajaran agama (yang tidak diungkapkan secara eksplisit), ternyata ‘orang-orang itu’ mampu mengambil manfaat yang besar untuk kehidupan mereka. Seharusnya, kita yang menjalani sebagian besar ajaran agama, mampu lebih baik daripada mereka.
Kembali ke buku Zero Limits, menurutnya ternyata selama ini kita terlalu memaksakan sesuatu untuk terjadi mengikuti kemauan kita. Dengan metode-metode visualisasi, afirmasi, dan sejenisnya dalam penerapan Law of Attractions, kita seolah memaksakan bahwa kehendak kitalah yang harus terjadi. Namun, dari semua usaha kita tersebut, tidak ada yang 100% berhasil, bahkan banyak di antara kita yang sudah menjalankan metode-metode tersebut tapi tetap saja tidak berhasil. Ada juga yang tidak menggunakan metode tersebut, tapi berhasil. Ada “sesuatu” yang menentukan selain kita, yang lebih powerful dan lebih paham mana yang terbaik bagi kita. Buku ini menyebutnya Sang Ilahi.
Sang Ilahi-lah yang sebenarnya lebih paham mana yang harus terjadi dan ketika terjadi menguntungkan semua pihak yang terlibat. Sang Ilahi selalu memberitahu kita apa yang sebaiknya kita lakukan. Dia memberitahu kita melalui inspirasi atau ilham. Jika kita mampu menangkap inspirasi ini, dan kemudian bertindak berdasarkannya maka hidup kita akan dilimpahi kecukupan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan sebagainya.
Supaya kita bisa menangkap inspirasi ini, maka kita harus selalu bersih, untuk itu kita harus selalu membersihkan diri, kembali ke perbatasan nol (zero limits). Cara paling sederhana adalah dengan selalu meminta maaf kepada Sang Ilahi dan merasa menyesal, kemudian berterima kasih, dan menyatakan bahwa kita mengasihi Sang Ilahi. Meminta maaf bukan berarti kita berbuat salah, tetapi menunjukkan bahwa kita bertanggung jawab terhadap kehidupan kita dan apa-apa yang muncul dalam hidup kita. Mengasihi Sang Ilahi berarti kita mengasihi apapun yang terjadi, bahwa memang sesuatu itulah yang terbaik yang harus terjadi saat ini.
Jika ada orang datang kepada kita mengeluh tentang penyakitnya, pekerjaannya, atau kehidupannya, sebenarnya di tingkat kuantum kita turut serta menyebabkan hal itu terjadi, maka solusinya adalah meminta maaf kepada Sang Ilahi, menyesal, berterima kasih, dan menyatakan bahwa kita mengasihi-Nya. Ada sifat Al-Khaliq (Maha Pencipta) dalam diri kita, maka kita juga bertanggung jawab terhadap apa-apa yang kita ciptakan dalam kehidupan, termasuk apapun dan siapapun yang ada dalam kehidupan kita.
Kalau diri kita kembali bersih, maka demikian pula orang-orang atau apapun dalam kehidupan kita, ikut menjadi bersih. Jadi, asal dan kembalinya semua persoalan adalah diri kita sendiri. Kita harus selalu mencari ke dalam bukan ke luar. Maka, tepatlah apa yang dikatakan orang bijak: “Kamu tidak bisa mengubah dunia, yang dapat kamu lakukan adalah mengubah dirimu, maka duniamu akan berubah”.
Maka, kedamaian dimulai dari saya.
I do trust all the ideas you have presented for your post. They’re really convincing and will definitely work. Nonetheless, the posts are too brief for novices. Could you please extend them a bit from subsequent time? Thanks for the post.
Bahagia itu dari Dalam Diri….
Tanpa Syarat
Tanpa Sebab
Itu Pilihan, karena adanya Penyerahan Diri pada Allah
http://www.auranursyifa.blogspot.com