Songkhla, Thailand – TSJA Hari Kedelapan
Bangun pagi, kami terus makan, tidak lupa menggosok gigi, eh salah, tidak lupa cuci muka. Menu pagi ini kembali disajikan menu favorit: ikan selar kuah pindang, kangkung rebus, telur asin, dan milo.
Seperti kemarin, kami akan memulai perjalanan ketika matahari sudah muncul, jam 05:30 waktu setempat baru dimulai upacara. Pagi ini setelah melakukan upacara seperti biasa kami dilepas oleh perwakilan menteri dalam negeri (governor) Pattani, sdr. Natapon. Beliau menggunakan bahasa Thai, yang kemudian diterjemahkan oleh tim pendukung ACT setempat.
Perjalanan
Start jam 06.02 kami melewati jalan mulus 2 jalur, masing-masing 2 lajur. Antar jalur dipisah taman, seperti halnya jalan tol kalau di Indonesia. Perhentian pertama, kembali di sebuah sekolah rendah Ban Krong Itam School daerah Thepha. Siswa dan guru-gurunya menyambut kami dengan ramah. Beberapa pesepda bahkan ikut bergabung dengan guru-guru di TK di situ mengajak anak-anak bermain.
Istirahat kedua kami di pom bensin dekat Songkhla. Memang, di Thailand ini agak susah mencatat nama daerah tempat kami berhenti atau yang kami lewati. Sejak masuk Thailand mendadak kami buta huruf ! Tidak bisa baca apalagi mengerti tulisan-tulisan yang terpampang di sepanjang jalan. Jarang sekali tulisan Thai ditemani dengan tulisan latin. Jadi, kami harus sering-sering bertanya kepada tim pendukung setempat apa nama daerah tersebut.
Recording Etape VIII:
Tiba di Tujuan
Jam 12:18 siang, kami sudah tiba di Viva Hotel Songkhla, jarak yang ditempuh hari ini memang hanya sekitar 102 km. Lumayanlah, bisa shopping nih.
Tapi, lagi-lagi ada pengumuman tidak boleh jalan-jalan keluar hotel, kondisi masih rawan karena ada bom meledak di sekitar Songkhla. Kami jadi heran, koq kayaknya kami diikuti bom melulu ya ? padahal kota Songkhla ini seharusnya sudah berada di luar daerah konflik, letaknya cukup jauh ke utara.
Jalan-jalan
Sekitar jam 15:00 saya dan Ust. Arif Yosodipuro mencoba melihat situasi ke lantai dasar, ternyata larangan keluar hotel sudah dicabut. Asyik, berarti jadi juga belanja cari souvenir Thailand. Tidak jauh dari hotel ada toko cindera mata yang menjual kaos-kaos bergambar ciri khas Thailand, gajah, juga menjual patung, gantungan kunci khas Thailand.
Ada satu kendala nih, uang Baht saya hanya tinggal 100 Baht, cuma dapat 1 baju kaos, mau cari money changer atau bank sudah tutup. Ah, tapi di depan toko ini ada bank lokal, di belakangnya ada ATM, saya ingat kalau saya bawa kartu ATM BCA barangkali bisa dicoba ambil uang di sini. Beruntung, ATM tersebut termasuk grup Cirrus juga, jadi saya bisa ambil uang Baht dengan ATM BCA saya.
Setelah berbelanja beberapa kaos untuk anak-anak dan keponakan, kami berkeliling mencari souvenir lain atau jajanan khas Thailand, terutama durian. Tidak susah mencari penjual durian di sini dan harganya pun cukup murah. Jadilah kami makan durian 4 buah besar-besar! Kemudian kami bungkuskan juga untuk teman kami, Ust. Purnomo dan Djarot untuk dimakan bersama-sama di hotel. Kami juga mencoba es campur ala Thailand. Nih foto gerobak es campurnya.
Istirahat
Malamnya, kami makan malam di kamar dengan menu baru (horeee): daging rebus masak sop bawang bombay, ketimun, dan pisang. Setelah itu beristirahat dengan perut lumayan panas penuh durian.