Bapak Rumah Tangga
Pagi-pagi merupakan jadwal “ternak teri” yaitu anter anak (sekolah) dan anter istri (bekerja/mengajar). Setelah itu beres-beres rumah termasuk cuci piring-baju hingga sapu-ngepel, karena hari Sabtu ini yang biasa membantu di rumah juga libur. Selesai urusan rumah, pekarangan sudah menanti untuk dirapikan. Setelah beberapa pekan disiram hujan, pekarangan depan dan belakang menanti untuk dipangkas. Rumput liarnya sudah tinggi-tinggi, semak-semak sudah menyeramkan (takut jadi tempat ular bersembunyi), dan pohon-pohon juga mesti di-proning. Yah, lumayanlah untuk pengganti olahraga. Raket diganti parang.
Siang hari, urusan pekarangn di-pause dulu karena harus jemput-jemput (anak dan istri) lagi. Sore hari, lanjut lagi ke pekarangan. Tapi, dalam satu hari tidak mungkinlah untuk menyelesaikan seluruh pekarangan, paling-paling hanya seperempat. Jadi, satu bulan baru bisa selesai satu pekarangan, lalu pekan depannya lanjut lagi ke pojok pertama yang mulai tumbuh lagi. Resiko punya pekarangan luas.
Dari dulu saya memang bercita-cita mempunyai pekarangan luas, setelah tercapai rupanya harus berjuang lagi untuk membersihkannya. Ada cara mudahnya, yaitu dengan menggunakan herbisida seperti Round-Up, tapi sayang juga karena rumput-rumput akan mati sampai ke akar-akarnya, tumbuhnya lagi perlu waktu yang cukup lama, padahal rumput-rumput diperlukan juga agar pekarangan tidak becek atau menjadi penyejuk mata di musim kering/panas.
Pekarangan beres, lanjut ke proyek servis, membetulkan yang rusak-rusak, pagar (yang masih pakai bambu) yang miring diterjang angin, atau kabel lampu jalan yang putus. Tapi, kalau urusan genteng, masih harus minta bantuan tukang, karena saya kurang ahli dalam hal memanjat :).