Drama Gajah vs Penunggangnya: Kenapa Niat Diet tapi Malah Order Martabak? (4)
Kita semua itu munafik.
Terdengar kasar? Tapi coba cek faktanya. Lo bilang mau hemat buat nikah, tapi pas liat flash sale, jari lo gerak sendiri. Lo bilang mau bangun pagi buat lari, tapi pas alarm bunyi, tangan lo mencet snooze sampe 5 kali.
Ada jarak yang jauh banget antara “Apa yang lo TAHU harus dilakukan” dengan “Apa yang beneran lo LAKUKAN”.
Kenapa kita bisa se-nggak konsisten ini? Jawabannya ada pada ukuran “otot” di otak lo.

Analogi Gajah dan Penunggangnya
Psikolog Jonathan Haidt punya analogi jenius buat ngejelasin perang batin ini. Bayangin otak lo itu terdiri dari dua tokoh:
1. Si Penunggang (The Rider)
Ini adalah Neokorteks (Logika) lo.
- Fisik: Kecil, duduk di atas.
- Tugas: Megang kendali, baca peta, nentuin arah masa depan.
- Karakter: Pintar, visioner, tapi… tenaganya kecil.
2. Si Gajah (The Elephant)
Ini adalah gabungan Otak Reptil & Mamalia (Emosi & Insting) lo.
- Fisik: Gede banget, beratnya berton-ton.
- Tugas: Jalan.
- Karakter: Pemalas, cari enak, takut capek, tapi tenaganya raksasa.
Pertarungan Berat Sebelah
Dalam kondisi normal (lo lagi kenyang, santai, duit banyak), Si Penunggang bisa dengan mudah nyetir Gajah. “Ayo belok kanan, kita nabung.” Si Gajah nurut.
Tapi, begitu ada konflik, ceritanya beda.
Misal: Lo lagi diet (rencana Penunggang), tapi tiba-tiba temen bawa martabak manis anget (godaan Gajah).
- Penunggang: “Eh jangan, kalorinya 500 tuh! Kita kan mau kurus!”
- Gajah: “Bodo amat. Itu wangi. Gue mau sekarang.”
Apa yang terjadi? Si Penunggang yang kecil itu kalah tenaga. Dia nggak bisa nyeret Gajah yang beratnya 5 ton. Akhirnya, Si Gajah lari nyeruduk martabak, dan Si Penunggang cuma bisa pasrah di atasnya sambil nyari alibi: “Yaudah deh, besok aja dietnya, mubazir kalau nggak dimakan.”
Kenapa “Niat” (Willpower) Aja Nggak Cukup?
Banyak motivator bilang: “Kuncinya adalah niat yang kuat!” Salah besar.
Mengandalkan niat itu sama kayak nyuruh Penunggang ngerem Gajah pakai tangan kosong 24 jam. Si Penunggang bakal capek mental (ego depletion).
Itulah kenapa kita sering khilaf pas malem hari. Pagi sampai sore, Penunggang lo udah capek nahan Gajah biar kerja produktif, sopan sama bos, dan nggak makan siang berlebihan. Pas malam, Penunggang lo tepar.
Begitu Penunggang tidur, Si Gajah pesta pora: Check out belanjaan nggak penting, scroll TikTok sampe subuh, atau chat mantan.
Kesimpulannya?
Berhenti nyalahin diri sendiri dengan bilang lo “nggak punya pendirian”. Masalahnya bukan di karakter lo, tapi di strategi lo.
Lo nggak bisa menang lawan Gajah pakai adu otot. Lo harus pintar. Kalau Gajah lo pemalas, jangan dipaksa lari maraton. Kalau Gajah lo doyan belanja, jangan diajak jalan ke mall.
Gimana caranya “menipu” atau menjinakkan Gajah yang bandel ini biar mau nurut sama Penunggang? Ada trik psikologis licik yang bisa lo pake.
Kita bahas 4 trik rahasianya di artikel terakhir besok: Brain Hacks.
Don’t miss it!
