Harokah Qurban Manifestasi Iman
Gerakan kemanusian yang adil dan beradab adalah kunci persatuan dan persaudaraan umat manusia. Berbagai kekerasan yang mengatasnamakan agama atau sentimen beragama menjadi sebuah kenaifan bagi para pemeluknya. Bila ditarik kembali sejarah maka simpul agama langit adalah satu sumber. Namun dalam menginterpretasikan ajaran agama pada kehidupan sehari-hari oleh pemeluknya, sangat dipengaruhi oleh keluasan ilmu yang dimiliki, serta kefahaman yang mendalam terhadap nilai-nilai luhur agama itu. Kedangkalan dalam memahami norma agama dan kesalahan dalam memanifestasikan keyakinan yang dimiliki akan menciptakan terganggunya ekosistem kehidupan. Siapapun dan dari manapun kita, bila mengarahkan pada satu cita-cita membangun kemanusiaan yang adil dan beradab maka kemakmuran, kesejahteraan, dan kedamaian dunia akan terwujud.
Bulan Dzulhijjah merupakan bulan besar bagi umat Islam untuk melakukan suatu gerakan sosial besar-besaran untuk kemanusiaan. Qurban berasal dari bahasa Arab yang berarti mendekati atau menghampiri. Menurut istilah qurban diartikan segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Umat Islam sering memaknainya dengan penyembelihan hewan qurban atau udh-hiyah. Bila mengacu dari istilah qurban dan kita kaitkan dengan sebuah gerakan sosial maka sebenarnya dapat diwujudkan dengan bentuk-bentuk yang lain. Pernah kita saksikan bagaimana prosesi pelaksanaan qurban dan pembagiannya di layar televisi yang tidak termenej. Banyak para pengantri daging qurban yang notabene bobotnya tidak ada satu kilo, berebut dan mengakibatkan jatuh korban. Kesan yang ditimbulkan bukanlah sebuah gerakan sosial namun kenaifan dalam memanifestasikan qurban itu sendiri. Maka dalam hal ini gerakan berqurban atau harokah qurban sarat dengan menjunjung nilai kemanusiaan. Pelaksanaannya pun berkeadilan dan merupakan cermin ketinggian peradaban makhluk Tuhan.
Kisah Ibrahim khalillullah yang mendapat perintah untuk menyembelih putranya tidak dilaksanakan serta merta. Ketinggian budaya yang dimilikinya sangat mengesankan. Walaupun itu perintah Tuhan yang harus dilaksanakan, namun Ibrahim mendiskusikannya terlebih dahulu dengan putranya. Saya nukilkan surat Ash-Shaffat ayat 102: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Disinilah tampak sikap ketaatan dari sebuah keimanan yang kuat dan sikap menghormati akan ketinggian etika serta peradaban. Pola dialogis yang dilakukan oleh Ibrahim sudah semestinya menjadi acuan dalam pelaksanaan setiap perintah agama. Sehingga akan menelorkan ketulusan niat dan kesempurnaan amal.
Qurban sebagai Harokah Sosial
Penyembelihan hewan qurban yang dilakukan dalam rangka perayaan hari Idhul Adh-ha merupakan simbol kepedulian sosial. Daging qurban dibagikan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Semua merasakan sebuah kebersamaan, kebahagian, dan kedamaian. Tidak ada lagi permusuhan, kebencian, curiga, ataupun keraguan dalam melakukan interaksi sosial. Bahkan Muhammad saw. Menegaskan: “bagi mereka yang mampu tapi tidak mau melakukan qurban maka jangan sekali-kali menghampiri tempat shalatku”. Tempat shalat nabi adalah masjid, merupakan tempat untuk shalat jamaah, diskusi, mengatur masyarakat, menyusun strategi, dan berbagai aktifitas keumatan. Bulan Dzulhijjah adalah bulan keduabelas dari urutan kalender qomariyah. Setelah itu manusia memasuki era baru di tahun depannya. Maka perayaan hari raya qurban merupakan simbol bahwa kehidupan kembali bergerak normal dengan semangat baru, semangat kemanusiaan untuk menyongsong masa depan.
Daging dan darah hewan qurban tidak akan sampai kepada Allah, kecuali ketaqwaannya (22:37). Statemen yang luar biasa ini haruslah dijadikan pegangan. Kesungguhan untuk menjalankan perintah Allah dalam qurban ini haruslah dimaknai yang seluas-luasnya. Metodologi untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan cara menebar kasih sayang antar sesama menjadi prioritas. Pembagian daging hewan qurban sebagai simboliknya janganlah mengalahkan yang hakikinya. Qurban bisa diarahkan kepada gerakan-gerakan yang mampu mengangkat harkat dan martabat manusia. Karena ini merupakan gerakan sosial bersama, maka dalam pelaksanaannya pun bisa dilakukan dengan menejerial kolektif.
Misalkan sebuah desa dengan penduduk 1.000 kepala keluarga akan melaksanakan qurban. Maka dengan gerakan qurban atau harokah qurban, tiap-tiap kepala keluarga melakukan musyawarah untuk menentukan berapa kesanggupan masing-masing kepala keluarga. Tentunya menggunakan ukuran nilai harga hewan qurban yang ada di pasaran saat itu. Bagi mereka yang sanggup berkorban seekor kambing atau domba maka dicatat dan dikurskan dengan harga kambing atau domba. Bagi yang sanggup berkorban lembu atau sapi maka dikurskan pula dengan harga di pasaran. Namun bagi yang belum mencukupi kesanggupannya, bisa bergotong-royong iuran seharga satu ekor kambing atau lembu. Maka panitia desa yang ditunjuk akan memenej keuangannya dan melaporkan secara transparan perolehan dana harokah qurbannya. Masyarakat bersama panitia bermusyawarah untuk penggunaannya. Maka dengan dana yang terkonsentrasi ini pihak desa dapat mengalokasikan berapa kambing, domba atau sapi yang layak dipotong untuk merayakan hari raya qurban. Sudah barang tentu disesuaikan dengan jumlah kepala keluarga yang ada, sehingga tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Kelebihan dana yang ada dapat dialokasikan untuk membangun desanya. Mungkin perbaikan jalan, sarana-sarana umum, irigasi, pasar desa, perkantoran, modal koperasi, beasiswa sekolah dll. Bila hal ini dilakukan secara nasional maka seluruh daerah memiliki dana taktis untuk membangun desa dan warganya untuk mandiri. Dalam hal ini negara sangat diuntungkan dengan gerakan kemandirian melalui harakah qurban ini.
Qurban Membangun Kader Bangsa
Ketulusan dan ketaatan sebagai nilai-nilai yang dapat dipetik dari pelaksanaan qurban akan menimbulkan jiwa patriotik yang tinggi. Dengan gerakan qurban yang termenej dengan baik akan menciptakan kemandirian di seluruh pelosok negeri ini. Bangsa ini akan bangkit dan maju jika dan hanya jika tingkat pendidikannya maju. Pengkaderan yang berhasil terhadap anak-anak bangsa akan membawa bangsa ini menjadi negara yang didengar suaranya, disegani, diperhintungkan, dan dijadikan panutan bagi negara-negara di dunia.
Program besar Tuhan mengirim utusan-Nya ke muka bumi dari Adam sampai Muhammad merupakan proses transformasi Ilahiah bukan reformasi. Tugas tiap-tiap utusan memiliki keterkaitan hingga mencapai kesempurnaan. Nuh, Musa, Isa, dan Muhammad memiliki program besar yaitu menegakkan tatanan hidup yang damai, sejahtera penuh kebahagian baik duniawi maupun ukhrowi. Maka tidak pantas bagi umat Adam untuk bersitegang, ribut atas nama agama, suku, ras, atau golongan.
Perintah selanjutnya yang diberikan kepada Ibrahim dan putranya adalah membangun baitullah. Sebuah tempat peribadatan bagi manusia di muka bumi. Tempat berkumpulnya seluruh manusia dari segala penjuru dunia guna bertaqorub kepada Allah. Pada surat Ali Imran ayat 96 dikatakan; “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia”. Ketika Ibrahim datang ke Mekkah untuk membangun Baitullah maka yang dilakukan pertama kali adalah mendiskusikannya dengan putranya, Ismail. Ibrahim pun berkata; “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan saya melakukan sesuatu pekerjaan” Ismail as. berkata, “Laksananakanlah perintah Tuhan!” Beliau berkata, “Apakah engkau bersedia membantu melaksanakannya?” Ismail a.s. menjawab, “Aku siap membantu.” Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan saya membangun sebuah rumah di sini,” Bangunan rumah merupakan simbol sebuah tempat yang memiliki tatanan yang jelas, pusat peradaban dan pusat pengkaderan generasi penerus bangsa.
Ismail adalah tokoh muda yang diajak membangun Baitullah. Hasil dari berqurban menumbuhkan semangat juang dan ketulusan membangun tatanan dunia yang lebih baik. Generasi tua ( Ibrahim ) maupun generasi muda (Ismail) bahu-membahu, saling asah, asih dan asuh dalam mencapai cita-cita luhur bangsa. Dengan demikian gerakan qurban atau harakah qurban adalah manifestasi dari iman. Keimanan yang benar akan menghasilkan kehidupan masyarakat dan bangsa yang cinta damai dan toleransi. Bangsa yang tidak pernah lelah menyuarakan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka untuk membangun Indonesia harus memiliki jiwa-jiwa berqurban, ketaatan dan kecerdasan. Manusia yang taat siap mengorbankan apa saja yang ia miliki semi keutuhan, kesejahteraan negara dan bangsanya. Kecerdasan akan membawanya menjadi manusia yang arif dan bijak dalam mengambil setiap keputusan untuk kemaslahatan bersama.
*(Penulis adalah staf pengajar Sosiologi di PKBM “Sekolah Kita” Cibanoang-Indramayu-Jawa Barat)
mari berqurban kalahkan R1 yang qurban 1 sapi saja heheheee
kunjungi web site saya ya… ust alumni angkatan 3
Ini yang nyaman dibaca itu ya? iya memang nyaman 🙂
artikel yang lain donk…yang baru di tahun yg baru pula 🙂